Pages

Tuesday, June 5, 2007

Amankan Data Dengan 'USB Fingerprint'

Berbagi komputer dengan orang lain pasti tak menyenangkan, selain merasa tak nyaman, kehilangan atau penyalagunaan data-data pribadi akan membuat kita bete. Namun kekhawatiran Anda dibaca pihak Huyndai yang baru-baru ini mengeluarkan USB Fingerprint Reader yang mampu mengamankan data-data rahasia Anda.

Selain harganya murah, USB ini mudah digunakan. Seperti halnya menggunakan USB pada umumnya, Anda hanya tinggal menancapkan ke USB port dan data-data Anda pun aman dalam orang usil. USB yang ditawarkan seharga US$25 (sekitar Rp.225 ribu), ini sesuai untuk sistem operasi Windows XP, 2000, ME, dan 98SE.

Dengan berat sekitar 33 gram dan ukuran 49 x 38.5 x 10 mm, USB ini dilengkapi dengan software untuk mengenali sidik jari pengguna, dan juga mampu memblok program yang akan mencuri pasword Anda.

Fitur yang ditawarkan:

- Windows Login: Login ke Windows cukup dengan sidik jari. Ini untuk mencegah kebocoran password.

- Web Auto Login: Login ke dalam secured website dengan sidik jari juga. Selain untuk mencegah kebocoran password juga membuat program penyadap tidak bisa mencuri password Anda.

- File/Folder Security: Penggunaan sidik jari untuk encrypt dan decrypt file atau folder, dengan mudah melindungi data di PC Anda.

- Screen Saver Lock: Hotkey akan mengaktifkan fungsi lock Screen Saver PC Anda. Untuk menonaktifkan Screen Saver Lock-nya cukup gunakan sidik jari.

- Secure Lock: Menyembunyikan disk dan menampakannya kembali menggunakan sidik jari. Sistem pengamanan data maksimal dengan standar enkripsi AES. Anda dapat meletakkan data dan program aplikasi Anda di disk tersembunyi.

Meski dari pengujian yang dilakukan USB ini masih bisa mengenali fotokopi dari sebuah sidik jari di atas kertas, jadi belum bisa dipastikan sepenuhnya aman. Namun dengan harga murah yang ditawarkan, USB ini cukup lumayan bisa menjaga keamanan data Anda.

Hit List Menghapus Jejakmu

MENGHAPUS JEJAKMU

Terus melangkah lupakan mu
lelah hati perhatikan sikap mu
jalan pikiranmu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bertahan

perlahan mimpi terasa menggangu
ku coba untuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
kucoba untuk lanjutkan hidup

engkau bukan lah segala ku
bukan tanpa tuk hancurkan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu

Terus melangkah lupakan mu
lelah hati perhatikan sikap mu
jalan pikiranmu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bertahan

perlahan mimpi terasa menggangu
ku coba untuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
kucoba untuk lanjutkan hidup

engkau bukan lah segala ku
bukan tanpa tuk hancurkan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu

Peterpan

****

Friday, June 1, 2007

Migrain Tanda Awal Kerusakan Otak?

Pernah mengalami sakit kepala sebagian atau migraine? Mungkin banyak yang menggangap sakit kepala disertai 'aura' (gangguan pandangan yang bisa seperti kilatan cahaya atau bintik-bintik hitam) ini sebagai hal sepele, tapi tahukah Anda, jika migrain bisa membuat sel-sel otak rusak.

Penelitian terbaru menyebutkan mereka yang mengalami migraine beresiko menderita kerusakan otak karena sel-sel otak menggembung dan kurang oksigen. Hasil studi yang dilansir dari Reuters, Senin (30/04) ini turut menjelaskan mengapa penderita migraine memiliki resiko lebih tinggi mengalami stroke.

Temuan yang diterbitkan dalam Jurnal Nature Neuroscience pekan ini menyebutkan kerusakan otak serupa bisa terjadi karena gegar otak dan kondisi pasca-stroke. Para peneliti menyebutkan penderita sakit kepala sebelah tak boleh sekedar mengkonsumsi penghilang rasa sakit tapi juga harus minum obat yang mencegah migraine.

Studi yang menggunakan tikus sebagai objek ini menunjukkan penggunaan oksigen bisa membantu mengurangi kerusakan otak, kata Takahiro Takano, Maiken Nedergaard, dan rekan dari University of Rocherster, New York, yang menggandeng tim farmasi Denmark, Novo Nordisk.

Mereka mengkaji proses yang disebut depresi penyebaran cortical, yang dikenal dengan sebutan CSD, yakni sebuah gelombang perubahan pada sel-sel yang berkaitan dengan migraine, stroke dan trauma kepala.

Mereka menggunakan mikrosoft dua-photon dan sensor oksigen microelectrodes untuk meneliti otak tikus hidup sementara meneliti proses itu.

Dalam studi tersebut, terjadi pembengkakan dan sel-sel otak jadi haus oksigen. Sel-sel syaraf rusak --terutama dendrites (jaringan tipis dan panjang yang membentang dari satu sel syaraf ke sel syaraf lain).

"Penelitian ini mungkin memiliki dampak klinis langsung, karena beberapa jalur pekerjaan mendukung pendapat bahwa CDS merupakan dasar syaraf migraine dengan aura, dan gelombang spontan CSD mungkin memberi sumbangan pada luka tambahan pada stroke dan luka otak traumatis," papar para peneliti.

Migraine adalah bentuk sakit kapal parah yang membuat orang jadi lemah, dan saat ini telah menyerang 28 juta orang di Amerika.

Dua studi, termasuk satu studi yang disiarkan pekan lalu dalam Archives in Internal Medicine, memperlihatkan bahwa orang yang menderita sakit kepala sebelah lebih mungkin untuk terserang sakit jantung.

Pada studi yang dilakukan pada 2004 lalu dan dimuat dalam British Journal menyebutkan penderita migraine dua kali beresiko mengalami stroke dibandingkan mereka yang tak menderita sakit kepala sebelah. Dalam hal ini perempuan lebih rentan terserang gejala tertentu pada migraine.

Pengobatan nyeri biasa seringkali memiliki dampak kecil pada sakit kepala sebelah tapi salah satu jenis obat yang disebut triptans, yang juga dikenal sebagai serotonin agonists, dan obat ergotamine, bisa digunakan untuk mencegah dampak terburuk jika pasien mengkonsumsi pada saat tanda pertama muncul.

Memberikan lebih banyak dosis oksigen mampu mempersingkat rentang gelombang dampak otak yang terlihat pada CSD, kata para peneliti itu.

Mereka menyatakan migraine dan sejumlah pasien sakit kepala kadangkala dirawat dengan oksigen bertekanan tinggi. Namun tak jelas apakah dampak migraine itu permanen.

Beberapa studi telah menunjukkan dampak itu permanen, sementara yang lain telah memperlihatkan tak ada perbedaan dalam ingatan dan dampak kognitif lain pada pasien migraine. (reuters/rit)